Beternak bebek sebenarnya selalu dalam siklus yang menguntungkan. Dari telur bisa ditetaskan, dari anak bebek betina bisa dikembangkan untuk bebek produksi atau petelur. Untuk anak bebek jantan, bisa dibesarkan menjadi bebek pedaging. Sedangkan telur yang tidak bisa ditetaskan, bisa diolah menjadi telur asin.
Itik atau lebih dikenal dengan nama Bebek—nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara yang disebut itik liar (Anas Moscha). Kemudian terus menerus dijinakkan oleh manusia, sehingga menjadi hewan ternak yang disebut Anas Domesticus. Untuk Bebek lokal Indonesia disebut Indian Runner (Anas Javanico).
Berdasarkan daya adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya, bebek mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda pada setiap daerah di Indonesia. Di antara bebek lokal unggul dan cukup populer di tengah masyarakat adalah Itik Mojosari. Secara fisik, bentuk itik Mojosari relatif lebih kecil dibandingkan dengan itik petelur lokal lainnya, warna bulu kemerahan dengan variasi cokelat, hitam, putih, serta paruh dan kaki berwarna hitam.
Dan sentra Itik Mojosari itu terletak di desa Modopuro. Di desa ini, tidak ada anggota masyarakat yang menganggur. Semuanya hidup dari itik. Baik pemeliharaan itik, pembuatan telur asin, penjualan bebek goreng, serta pembuatan bebek asap. Bahkan, salah satu dusunnya bernama “Bebekan” berasal dari kata “Bebek”.
Menurut Ibu Suhartatik, bendara Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (HIMPULI) Jawa Timur yang tinggal di Modopuro, beternak bebek itu gampang-gampang susah. Gampang, kalau kita tahu cara pemeliharaannya dan mengetahui pakan yang berkualitas serta ekonomis. Dan susah, kalau kita hanya mengharapkan keuntungan, tanpa mengetahui teknis pemeliharaannya.
Ibu Suhartatik telah menggeluti ternak bebek ini sejak tahun 1970-an. Dan baru pada tanggal 15 Juni 1998, mendirikan kelompok ternak Itik “Lestari Sejahtera”, yang beranggotakan 37 orang. Pada tahun 2003, ia mewakili Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) desa Modupuro, dan meraih peringkat terbaik di tingkat Nasional.
Sejak tahun 2000-2004, usaha ibu Suhartatik mendapat pinjaman modal dari bank Jatim dalam program “Pundi Kencana” sebesar 5-30 juta. Usahanya pun terus berkembang. Saat ini, ia telah menembangkan ternak bebeknya secara terpadu. Baik dari bebek produksi/petelur, penetasan telur bebek, induk bebek siap telur, telur asin, pembesaran pejantan/pedaging, bahkan sampai pada jual beli pakan ternak.
Untuk bebek produksi, ketua kelompok “Lestari Sejahtera” ini memelihara sekitar 4.000 ekor bebek. Dengan kapasitas produksi 70-80 persen sehari, setidaknya 2.800-3.600 butir telur dihasilkan. Dengan harga Rp 1.400 per butir, dalam sehari berarti terkumpul dana 4-5 juta rupiah. Dalam sebulan, omzet untuk bebek petelurnya mencapai 120-150 juta rupiah.
Untuk usaha penetasan telur, dalam tiga hari sekali, usahanya telah mampu memproduksi 15 kotak atau setara dengan 3.500 ekor bibit bebek. Dengan harga jual Rp 4.300 untuk bibit betina, maka dalam tiga hari pemasukan dananya sebesar 15 juta rupiah. Dalam sebulan, berarti omzetnya mencapai 150 juta rupiah.
Sedangkan untuk bebek pejantan/pedaging, ibu Suhartatik lebih memilih bisnis jual beli saja daripada membesarkan. Dalam waktu seminggu, ia mampu menjual 2.200 ekor bebek pedaging. Dengan harga jual Rp 28.000 per ekor, berarti perputaran modalnya mencapai 61 juta rupiah. Dalam sebulan, total omzetnya sekitar 246 juta rupiah.
Belum lagi pemasukan dari usaha telur asin, induk bebek siap telur, bebek segala umur, dan penjualan berbagai jenis pakan ternak bebek. Ia mengaku, dalam sebulan, omzetnya bisa mencapai 1 miliar rupiah. Sebuah angka yang cukup fantastis, untuk pengusaha ternak yang hidup di pedesaan.
Kini, Pemkab Mojokerto telah mendirikan kios penjualan ternak itik dan telur asin di desa tersebut. Selain itu, Desa Modopuro sering mewakili Kabupaten Mojokerto dan Jawa Timur dalam pameran-pameran produk unggulan. Karena memang, Itik Mojosari ini sudah menjadi ikon Kabupaten Mojokerto dan Jawa Timur.
Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh itik Mojosari, maka tak mengherankan kalau itik di daerah ini menjadi objek uji coba untuk pengembangan itik lokal. Sejak tahun 1996, Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi Bogor telah melakukannya.
Tidak hanya itu, tempat ini juga sering menjadi tempat penelitian mahasiswa jurusan peternakan dari beberapa Universitas ternama negeri ini, seperti Institut Pertanian Bogor, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Udaya Bali, dan beberapa Universitas lainnya.
Misalnya, skripsi dari Idris Prahoro, mahasiswa angkatan 2001 Universitas Muhammadiyah Malang ini, mengambil judul Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Desinfektan pada Telur Tetas Itik Mojosari terhadap Fertilitas, Daya Hidup Embrio, dan Daya Tetas.
Dan juga M. Dewantari, dari Jurusan Produksi Ternak, Universitas Udayana, yang mengadakan penelitian berjudul Kelenturan Fenotipik Sifat-Sifat Reproduksi Itik Mojosari, Tegal, dan Persilangan Tegal-Mojosari sebagai Respons terhadap Aflatoksin dalam Ransum
Secara nasional, ternak bebek menyumbang 22 persen dari total produksi telur nasional, dan 1,5 persen dari total produksi daging unggas nasional. Berdasarkan Rencana Strategis Departemen Pertanian 2010-2014, ternak bebek diharapkan bisa naik 3,71 persen. Dari 29 ribu ton produksi di tahun 2010, menjadi 33 ribu ton di tahun 2014. Dan Jawa Timur ditargetkan mengalami kenaikan produksi dari 1,408 ton di tahun 2010, menjadi 1,476 ton di tahun 2014.
Dengan demikian, lima tahun ke depan, empat target utama kementerian Pertanian bisa direalisasikan. Yaitu pertama, pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan. Kedua, peningkatan diversifikasi pangan. Ketiga, peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor. Dan keempat, peningkatan kesejahteraan petani.
****
Keuntungan Beternak Bebek
Sampai saat ini, budidaya bebek masih menjadi pilihan daripada memelihara unggas lainnya. Karena, bebek memiliki daya tahan yang cukup tinggi dari serangan penyakit, termasuk flu burung. Ini tak terlepas dari faktor bawaan (carrier) bebek yang memang memiliki kekebalan terhadap serangan virus tersebut.
Di samping itu, budidaya bebek juga memiliki beberapa keuntungan. Pertama, dari segi pemeliharaan, beternak bebek memang lebih mudah dibandingkan dengan beternak ayam. Di samping kegiatan yang dilakukan lebih sedikit, beternak bebek juga tidak dipusingkan dengan jadwal vaksin yang harus dilakukan terhadap unggas.
Kedua, dari segi pakan, banyak bahan yang bisa dijadikan pakan campuran dengan konsentrat. Seperti katul, jagung, karak nasi, roti kadaluwarsa, krupuk kadaluwarsa, menir, dan lain-lain. Tidak mengherankan, kalau ransum di satu daerah peternakan, berbeda dengan daerah lainnya. Justru, kejelian strategi mengolah pakan potensial setempat, akan sangat menguntungkan peternak.
Di sekitar peternak bebek di daerah Mojosari, beredar pakan yang dinamakan Kebi dengan berbagai macam jenis dan kualitasnya. Yaitu, pakan campuran sumber kalori, yang terdiri dari menir, katul, gaplek, roti kadaluwarsa, karak nasi, dan lain-lain.
Ketiga, usaha peternakan bebek biasanya ditujukan untuk bebek petelur. Namun, peluang bebek pedaging dari anak bebek jantan juga masih cukup bagus. Dari segi harga, bibit bebek jantan lebih murah dibandingkan bebek betina. Di samping itu, masa pemeliharaannya pun cukup singkat, yaitu hanya 40-50 hari.
Keempat, untuk telur bebek yang tidak bisa ditetaskan, bisa diolah menjadi telur asin—baik dijual mentah atau sudah diolah. Dengan demikian, pebisnis bisa mengambil bagian pembuatan telur asin sebagai fokus usaha.
Kelima, untuk bebek betina yang telah lewat masa produksinya (bebek apkiran), bisa dijual sebagai pedaging. Bisa dibilang, beternak bebek merupakan satu-satunya bisnis yang tidak menyisakan sampah. Semua unsurnya bernilai ekonomis, dan bisa dikembangkan secara terpisah maupun dikelola secara terpadu dan terintegrasi (integrated).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar